Jumat, 08 Juni 2012

Chords SO7 Karna Aku..., Chords SO7 Insan Utama, Chords SO7 Just For My Mom, Chords SO7 Tunjuk Satu Bintang, Chords SO7 Lihat Dengar Rasakan, Chords Adaband Senandung Lagu Cinta, Chords Adaband Seberkas Kisah Lalu, Chords Adaband Setinggi Nirwana, Chords Adaband Kau &..., Chords Dewa Persembahan Dari Surga, Chords Wali Sejuta, Chords Repvlik Hidupku Dijalan-Mu, Chords Ungu Tuhanku, Chords Ungu Andai Kutahu, Chords Ungu Selamat Lebaran, Chords Ungu Doa Untuk Ibu, Chords Ungu Sembah Sujudku, Chords Ungu Embun Hati, Chords Ungu Indonesiaku, Chords Ungu Kau Anggap Apa, Chords Ungu Gugur Bunga, Chords Ungu Selamat Jalan, Chords Ungu Smoga, Chords Ungu Tiada Kata, Chords Ungu Elegi Esok Pagi, Chords Ungu Puing Kenangan, Chords Radja Biar Aku Menjagamu, Chords Radja Bersamamu, Chords Peterpan Sajadah Panjang, Chords Peterpan Taman Langit, Chords Peterpan Sahabat, Chords Peterpan Satu Hati, Chords Peterpan Kupu-kupu Malam, Chords Peterpan Ibu Pertiwi, Chords Peterpan Tertinggalkan Waktu, Chords Noah Puisi Adinda, Chords Noah Ini Cinta, Chords Noah Terbangun Sendiri, Chords Noah Raja Negeri, Chords Noah Demi Kita, Chords Noah Jika Engkau, Chords Noah Tak Lagi Sama, Chords Nidji Laskar Pelangi, Chords Nidji Heaven, Chords Setia Broken Heart, Chords ST12 Lady Sky, Chords ST12 Ikatan Cinta, Chords ST12 Masa Kecil, Chords ST12 Anugrah Cinta, Chords Kangenband Yakinlah Aku, Chords Kangenband Dinda, Chords Dmasiv Tak Pernah Rela, Chords Dmasiv Tak Tersentuh, Chords Gigi Nirwana, Chords Boomerang Satu, Chords The Rain Terimakasih, Chords Andra Lagi & Lagi, Chords Five Minutes Pujaan Hati, Chords Kla Project Kidung Mesra, Chords Element Suatu Persembahan, Chords Chrisye Andai Aku Bisa, Chords Melly Pujaanku, Chords Exists Julia, Chords Exists Buih Jadi Permadani, Chords Exists Untukmu Ibu, Chords Newboyz Khilaf, Chords Newboyz Meraung, Chords Newboyz Marah Bukan Sifatku, Chords Iklim Mimpi Yang Pulang,
Noah Ini Cinta Chords

Intro:Em E
          B  E  B 

E                    C#m
Percaya padaku ini bukan nafsuku
B               E                 A
Perasaan yang utuh dari dalam hatiku
E                      C#m
Percaya kataku ini bukan akalku
B                 A                E
Keinginan yang tulus tuk dapatkan hatimu


Download Button
Reff :
E                B
Ini cinta bukan yang lainnya
E           B          A
Ini cinta bukan yang lainnya

Int : B A E B
B               A   B              A
Tatap jelas mataku, jangan ragukan itu
B              A      B               A
Lihat dalam mataku ooh kaulah lamunan itu
Reff :
E                 B
Ini cinta bukan yang lainnya
E           B           A
Ini cinta bukan yang lainnya

E             C#m          F#m
Percaya padaku ini bukan nafsuku
   B               E              F#m   
Perasaan yang utuh dari dalam hatiku
  Fade Out :  E

 

Suku Laut adalah suku yang berada di pesisir sepanjang kepulauan Riau. Beberapa sejarah mencatat bahwa suku Laut ini terbentuk dari lima periode kekuasaan. yakni masa Batin (kepala klan), Kesultanan Melaka-Johor dan Riau-Lingga, Belanda (1911—42), Jepang (1942—45), dan Republik Indonesia (1949 sampai sekarang) (Chou, 2003:25). Adapun yang mengatakan bahwa suku Laut ini asalnya adalah para perompak yang memiliki pengaruh kuat pada masa kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor.
Suku Laut berperan untuk menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang ke pelabuhan Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor, dan mempertahankan hegemoni mereka di daerah tersebut. Di Indonesia, penyebutan suku bangsa ini biasa dikenal sebagai ‘Orang Laut’ (sea people) atau ‘Suku Sampan’ (boat tribe/sampan tribe) yang juga terdapat pada wilayah psisir lainnya. Sedangkan dalam berbagai karya etnografi mengenai masyarakat yang hidup di laut dan berpidah di kawasan Asia Tenggara, kita temukan beberapa macam sebutan, seperti ‘sea nomads’, ‘sea folk’, ‘sea hunters and gatherers’ (Sopher, 1977; Chou, 2003:2; Lenhart, 2004:750), dan dalam bahasa Thai disebut Cho Lai atau Chaw Talay (Granbom, 2005; Katanchaleekul, 2007). Meskipun demikian, oleh orang Melayu Riau kepulauan mereka lebih dikenal sebagai ‘Orang Laut’ (Chou, 2003:2).
Keberadaan suku Laut dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan pengaruh ajaran Islam yang menyebar lewat lautan dan perdagangan. Sistem kepercayaan yang dianut oleh suku Laut sendiri masih keprecayaan Animisme, meskipun sebagian yang lain memeluk agama Islam dan itu pun masih bercampur dengan kepercayaan nenek moyang.
Sulit untuk “mengadabkan” orang-orang suku Laut, orang-orang suku Laut memandang bahwa daratan adalah tempat yang tak masuk akal bagi mereka. Mereka menganggap daratan hanyalah tempat untuk menguburkan jenazah mereka, sehingga daratan bagi mereka adalah kotor. Melihat fenomena terseut pemerintah saat itu mencari akal agar masyarakat suku Laut pun mau berinteraksi dengan daratan. Disebarnyalah beberapa orang untuk menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat suku Laut, menjelaskan bahwa tinggal di Laut sekalipun belum tentu bersih dan malah mudah terkena najis, sehingga tidak bisa menjalankan ibadah solat. Selain tiu dalam himbauannya juga orang-orang suku Laut akan diberi bantuan oleh pemerintah berupa KTP, fasilitas rumah, pendidikan, perahu bermotor, dan lain sebagainya.
Suku laut yang kita lihat berada pada wilayah pesisir Kepulauan Riau, bersinggungan dengan daerah Melayu, membuat suku Laut sendiri dipengaruhi kuat oleh bahasa Melayu. Bahkan suku Laut sendiri lebih fasih menggunakan bahasa Melayu mereka dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini juga disebabkan oleh interaksi masyarakat suku Laut yang lebih sering bersua dengan orang-orang Melayu. Hidup berpindah-pindah juga menjadi salah satu faktor penggunaan bahasa Indonesia yang tidak lancer.
Orang-orang suku Laut menganggap bahwa diri mereka adalah Melayu asli, mereka pun menjaga betul garis keturunannya. Namun, hal ini ditentang oleh orang Melayu pada umumnya (yang tinggal di darat). Orang Melayu sendiri membuat beberapa catatan apa saja yang harus dilakukan oleh orang Melayu, maka tersebutlah beberapa syarat, seperti: sunat (bagi laki-laki), tidak memakan babi dan menenggak minuman beralkohol, menaati tata-cara Islam dalam pemakaman, mengucap dua kalimat syahadat, kawin-cerai secara Islam, bersembayang lima waktu sehari secara Islam, membangun masjid di lingkungan kampung/desa, solat pada dua hari raya Islam (Idul Fitri dan Idul Adha), solat Jumat, menjalani puasa di bulan Ramadan, memberi zakat, dan bila mampu melaksanakan ibadah haji (Chou, 2003:28). Dengan demikian, apabila hal-hal tersebut tidak diyakini dan dijalani, maka mereka bukanlah benar-benar orang Melayu.
Berdasarkan penolakan tersebut suku Laut pada akhirnya berada pada bagian paling luar dari keturunan asli Melayu. Merasa diri sebagai orang Melayu, suku Laut mengusung pola patrilineal atau garis keturunan ayah sebagai pola kekerabatan. Mereka hidup di lautan, mereka lahir, kawin, dan mati di laut
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat suku Laut adalah nelayan. Hampir semua orang di suku Laut melakukan aktivitas yang berkaitan dengan laut, baik nelayan, memancing, dan lainnya. Bahkan kebiasaan warga suku Laut pada malam hari adalah memancing.Warga suku Laut mempercayai bahwa memancing pada tengah malam akan mendapatkan ikan lebih mudah, mereka memancing hanya menggunakan perahu sederhana(getek) dan tombak. Jika mereka tidak mendapatkan ikan mereka tidak boleh pulang dan terpaksa harus tidur dalam getek tanpa selimut(sekadarnya).
Suku Laut adalah suku yang sulit berakulutrasi, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan adalah apa yang mereka pelajari di laut. Jangan bicara soal mesin-mesin canggih, hanya getek dan tombak sebagai alat yang digunakan dalam menangkap ikan. Saat pemerintah mencoba memasukan pendidikan pada anak suku Laut, ini menjadi kerja keras para pengajar. Pasalnya sopan santun yang terbentuk di suku Laut menjadi hal yang pertama kali mesti dibenhi, baru kemudian berhitung dan lainnya.
Walau bagaimana pun juga, suku Laut menjadi satu dari keberagaman suku di Indonesia. Dengan segala keunikan yang dimilikinya, suku Laut memberikan pembelajaran tersendiri bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.


Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
Islam dan Kebudayaan Melayu.  Pekanbaru : Daulat Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
« »
« »
« »

Gridlock, floods, subsidence and the election of a new governor It is an exciting time for Jakartans. On June 22, the city, founded in 1527, celebrates its birthday. Coming soon after is the gubernatorial election in which voters are likely to see colourful hopefuls racing for governor. It is a tempting yet daunting post. Indonesia’s capital houses many enviable perks, but it is just as easy—or even easier—to name the problems surrounding it. Traffic is a major problem. The city is home to around 10-million people—excluding those living in the greater Jakarta metropolitan area, who commute to the capital almost daily—yet it is still lacking a transportation system that can keep up with this demand.
Jakarta was recently named one of the worst global cities for commuters by growth partnership company Frost & Sullivan. It is predicted that it will experience total gridlock by 2014. Then there is the flooding, socio-economic disparity and prediction that the several parts of the city will be submerged in a few decades, thanks partly to the rapid pace of increased land subsidence. Countering its image as one of the poster cities for unplanned development, the local government recently gave Jakarta, nicknamed “Big Durian” by inhabitants, a tool to deal with its seemingly chaotic growth: a master plan. Known as RTRW Jakarta 2030 and approved by the Regional Legislative Council (DPRD) last year, it offers a strategy for dealing with the city’s spatial arrangements over the next two decades. A draft of the master plan was released in August 2011. It provided seemingly rosy solutions to the multitude of problems facing Jakarta: transit-oriented development areas, 30% green open spaces, even roof gardens. However, the move drew criticism from activists, who described its content as illogical and ill advised, even at odds in places with existing laws. Citizens had also been excluded from the formulation process, argued critics, which contradicted the participatory nature of democratic politics. These objections led to demands that the Jakarta government review the master plan. Citizens opposing the master plan are hoping that the upcoming election might produce a leader more accommodating to their needs and open to dealing with their objections to the plan. The city’s current governor is Fauzi Bowo, a former deputy governor who holds an undergraduate degree in architecture and doctorate in engineering from the Kaiserlautern University in Germany. He was elected to the top post in 2007. The moustached technocrat’s 2012 campaign slogan is “Leave it to the Expert”. Not everyone is convinced. Several political parties have thrown their support behind rival candidates, including several independents. While the business of electing a leader to manage the city and its strategy resolves itself, daily conversation in the Big Durian continues to involve the refrain, “So I spent two hours in traffic…”
Kaum muslimin rahimakumullah. Dalam rangka ikut menyebarkan agama islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-sunnah serta mengikuti pemahaman para sahabat.
Peduli Muslim berkomitmen untuk membantu sesama muslim dari kalangan kurang mampu, dhuafa, fakir, miskin, janda, dan wanita terlantar.
Muslim (Arab: مسلم, Muslim) adalah secara harfiah berarti "seseorang yang berserah diri (kepada Allah)", termasuk segala makhluk yang ada di langit dan bumi. Kata muslim kini merujuk kepada penganut agama Islam saja, kemudian pemeluk pria disebut dengan Muslimin (مسلمون) dan pemeluk wanita disebut Muslimah (مسلمة‎) adalah sebutan untuk wanita Islam.
Al Qur'an menjelaskan tentang semua nabi dan rasul adalah sebagai Muslim, dari Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Al Qur'an menyatakan bahwa mereka adalah Muslim karena mereka hanya berserah diri kepada Tuhan, memberikan firman, dan menegakkan agama Allah. Demikian pula dalam surah Al-Imran dalam Al-Qur'an, Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) berkata kepada Isa: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri." (Al-Imran 3:52) ”
Umat Muslim meyakini bahwa Allah adalah zat kekal, yang memiliki semua sifat ke-Maha-an, tidak tertandingi, mandiri, tidak melahirkan, dan tidak pula diperanakkan, mereka meyakini doktrin atau aqidah ketauhidan (monoteisme).
Muslim selalu melakukan salat lima kali dalam sehari sebagai kewajiban dalam agama (fardhu), lima waktu salat ini adalah subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya dan ada juga salat khusus pada hari Jumat yang disebut sebagai Salat Jumat.
Sekitar 13% Muslim dunia berada di Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Kawasan dengan persentase muslim yang cukup signifikan yakni, 25% di Asia Selatan, 20% di Timur Tengah, 2% di Asia Tengah, 4% lainya di asia tenggara selain indonesia, dan 15% di Afrika Sub-Sahara. Masyarakat yang dengan populasi cukup besar juga ditemukan di Cina dan Rusia, dan di bagian dari Karibia. Mualaf, dan komunitas imigran bisa ditemukan di hampir setiap bagian dari dunia.